Gangguan perfusi jaringan serebral akan muncul pada pasien cedera kepala, karena cedera kepala tersebut dapat mengakibatkan luka kulit kepala, fraktur tulang tengkorak, robekan selaput otak, kerusakan pembuluh darah intra srebral maupun ekstra serebral, dan kerusakan jaringan otaknya sendiri. Metode yang digunakan dalam melakukan asuhan keperawatan adalah metode deskriptif dalam bentuk studi kasus. Partisipan yang diberikan asuhan adalah 2 orang. Dengan teknik pengkajian, pemeriksaan fisik, dan studi dokumentasi. Hasil dari asuhan keperawatan pengkajian data dasar ditemukan data obyektif yang menunjukkan kedua partisipan mengalami gangguan perfusi jaringan serebral. Gangguan perfusi jaringan serebral yang dialami oleh partisipan 1 dan 2 berhubungan dengan trauma tumpul pada ekstrakranial yang menyebabkan terputusnya kontinuitas jaringan kulit dan otot sehingga menyebabkan aliran darah ke otak menurun. Hasil analisis menunjukkan bahwa partisipan 1 dan 2 mengalami penurunan kesadaran. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam didapatkan bahwa kedua klien teratasi pada pertemuan ke 3. Focus intervensi dengan meninggikan kepala 20-30 derajat sesuai indikasi yang dapat meningkatakan alirah balik vena dari kepala sehingga akan mengurangi kongesti dan edema atau resiko terjadinya peningkatan tekanan intracranial