Asfiksia merupakan kekurangan oksigen pada otak yang menyebabkan
kehilangan dan dapat menyebabkan kematian pada bayi yang dilahirkan. Preeklamsi
merupakan sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin, daan nifas yang
terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria yang muncul pada kehamilan lebih dari 20
minggu sampai akhir minggu setelah persalinan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
hubungan pre-eklampsia dengan kejadian asfiksia neonatorum. Metode penelitian
menggunakan study analitik korelasi dengan pendekatan case control . Populasinya
adalah semua ibu yang mengalami pre-eklampsia dan melahirkan bayi dengan asfiksia di
RSU Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto, sebanyak 102 responden. dengan
menggunkan teknik total sempling, jumlah sampel 102 responden. Variabel independent
adalah pre-eklampsia dan variabel dependent adalah asfiksia neonatorum. Pengambilan
data menggunakan data skunder pada bulan januari sampai bulan desember 2018. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa bayi baru lahir yang mengalami asfiksia berat sebanyak
30 bayi (29,4%), yang disebabkan oleh ibu yang mengalami pre-eklampsia berat
sebanyak 50 responden(49,0% ).Hal ini menunjukkan bahwa H1 diterima artinya ada
hubungan pre-eklampsia dengan kejadian asfiksia neonatorum.Ibu pre-eklampsia
berdampak pada insufisiensi plasenta sehingga dapat mengakibatkan hipoksia ante dan
intrapartum dan terjadi kegagaln remodeling aeteri sipralis yang menyebabkan alirah
darah utero plasenta menurun dan menyebabkan terjadinya hipoksia. Oleh karena itu
diharapkan selama kehamilan ibu dapat mencegah preeklamsia dengan melakukan
Antenatal Care secara teratur, dengan pengawasan bidan maupun dokter dapat diketahui
dan ditangani dengan dini apabila terdapat komplikasi pada kehamilan.