Resiko gangguan perfusi jaringan cerebral mengakibatkan penurunan oksigen pada otak yang berdampak padakegagalan pengiriman nutrisi ke jaringan pada tingkat kapiler serta ketidak cukupan suplai darah kejaringan, sehingga otak mengalami hipoksia dan kondisi ini menyebabkan penurunan perfusi jaringan cerebral. Penelitian ini merupakan peneliti case study yang dilakukan di Mojokerto pada bulan Mei 2018. Partisipan yang diambil adalah 2 partisipan yang mengalami resiko gangguan perfusi jaringan cerebral pada klien CVA infark. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara, observasi, pemeriksaan penunjang, dan pemeriksaan fisik langsung pada klien. Hasil pengkajian menunjukkan pada klien CVA infark dengan masalah resiko gangguan perfusi jaringan cerebral keluhanannya nyeri kepala, ekstremitas susah digerakkan, ketidak normalan dalam bicara, kesulitan menelan, dan penurunan tekanan darah. Setelah membuat perencanaan keperawatan, peneliti melakukan implementasi yang sudah direncanakan yaitu menganjurkanpasien untuk bed rest, melatih ROM pasif dan aktif dan melatih bicara pada pasien, memposisikan kepala agak ditinggikan, observasi tanda-tanda vital. Dibuktikan saat observasi pada hari ke 3, partisipan 1 mengatakan jika ekstremitas kiri atas bawahnya sudah bisa digerakkan, nyeri kepala berkurang, sedangkan pada partisipan 2 keluarga pasien mengatakan jika pasien masih sedikit susah bicara, dan nyeri kepala. Asuhan keperawatan jika diberikan intervensi yang tepat seperti memberitahu keluarga dan pasien tentangmetode penanganan resiko gangguan perfusi jaringan cerebral seperti memposisikan kepala agak ditinggikan, melatih bicara dan melatih ROM pasif dan aktif pasien yang adekuat agar dapat mengefektifkan resiko gangguan perfusi jaringan cerebral kembali.