Pengguna NAPZA akan mengalami perubahan psikologis yaitu mudah tersinggung, sering terjadi perubahan mood yang mendadak, malas melakukan kegiatan sehari-hari, sulit berkonsentrasi, tidak memiliki tanggung jawab, emosi tidak terkendali, tidak peduli dengan norma yang ada, merasa di kucilkan, cenderung melakukan tindakan kekerasan. Tujuan dari asuhan keperawatan ini adalah mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada narapidana penyalahgunaan NAPZA dengan resiko perilaku kekerasan (RPK) di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Mojokerto. Metode yang digunakan dalam melakukan asuhan keperawatan adalah desain deskriptif dengan desain studi kasus. Partisipan dalam studi kasus ini adalah 2 orang dengan karakteristik jenis kelamin laki-laki, pecandu shabu, dan usia 20 tahun keatas. Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Hasil dari asuhan keperawatan secara menyeluruh selama 3x pertemuan pada klien, dalam pengkajian data dasar ditemukan data subjektif dan data objektif yang menunjukkan kedua klien mengalami resiko perilaku kekerasan. Rencana asuhan sesuai dengan yang di implementasikan dalam asuhan keperawatan, namun strategi pelaksanaan di ringkas dalam 3x pertemuan tanpa SP Keluarga. Klien mengalami resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain, hanya saja saat ini mengalami sudah tidak merasakan sindrom putus obat karna klien sudah di penjara selama 1 tahun, sehingga sudah mendapatkan rehabilitasi putus obat, tetapi perilaku kekerasan yang dihadapinya karena mekanisme koping yang tidak adekuat, lingkungan pengguna narkoba sangat keras, sehingga orang-orang yang berkecimpung di dalamnya juga keras. Petugas lapas disarankan untuk melibatkan klien dalam aktivitas positif, dan memahami aspek positif dan kemampuan yang dimiliki.